ARTI KEDEWASAAN DIRI SESEORANG:
Kedewasaan
dan sikap yang dewasa adalah hal yang sangat penting untuk dimiliki
setiap individu. Sebaliknya sikap kekanakan adalah sumber dari banyak
masalah dalam pergaulan atau kehidupan sosial. Kedewasaan adalah sebuah
kondisi diri dan sikap yang bisa menyelesaikan banyak masalah dan
menjadikannya selaras dengan sekitarnya. Bahkan kedewasaan bisa mencegah
timbulnya masalah dalam pergaulan dan kehidupan sosial. Bisa dikatakan,
dunia akan menjadi tempat yang lebih baik jika masing-masing individu
bisa bersikap lebih dewasa dalam segala hal.
Kedewasaan
adalah hal yang sangat penting, tapi apakah kita pernah benar-benar
berfikir apa sebenarnya arti Kedewasaan dan bagaimana bersikap dewasa ?
Mari kita membahasnya…
Menurut pendapat kami arti Kedewasaan adalah :
- Memiliki Kesadaran Yang Lebih Tentang Hal-Hal
Kedewasaan
biasanya pertama kali muncul dalam bentuk kesadaran yang lebih tentang
hal-hal. Kesadaran yang mencakup hal yang lebih luas dan menyeluruh
dalam hidup. Orang yang dewasa sadar apa yang dikatakannya, apa yang
dilakukannya, apa yang terjadi dalam dirinya, apa yang sedang terjadi di
sekitarnya, apa yang terjadi pada orang lain, apa masalah yang mungkin
timbul dari hal yang sedang terjadi dsb. Meskipun manusia tidak sempurna
dan tidak mungkin bagi seseorang untuk sadar 100% tentang semua hal,
tapi pribadi yang dewasa mempunyai kesadaran tentang hal-hal setidaknya
dengan cakupan yang lebih luas dan dalam daripada orang pada umumnya.
Karena kesadaran sudah muncul, pribadi yang dewasa akan mudah untuk
diajak berdiskusi, dealing untuk suatu hal dan juga mudah untuk diajak
menyelesaikan masalah yang ada. Easy to deal with person.
- Memiliki Pemahaman Diri Yang Baik
Kedewasaan
yang utama adalah memiliki pemahaman diri yang baik. Dan ini mencakup
memahami apa kelebihan kita, apa kekurangan kita, apa sisi dalam diri
kita yang perlu dibenahi dan dirubah. Kemudian merespon berdasarkan
kebutuhan yang bersumber dari pemahaman diri tersebut. Misalnya, jika
merasa dan memahami bahwa diri kurang religius kemudian mendekat dan
bergaul dengan orang-orang yang lebih religius. Supaya diri terbantu
untuk bisa menjadi lebih religius. Jika paham diri kurang sabar maka
mendekat dan bergaul dengan orang-orang yang lebih sabar. Jika paham
diri egois maka bergaul dengan orang-orang yang lebih toleran dsb.
Pemahaman diri yang baik sangat krusial karena itu membuat kita merespon
dengan cara yang membaikkan diri kita dan bukan sebaliknya. Ibarat
misal kita paham diri kita adalah “Api”, kita mencari “Air” untuk
menetralisir. Tapi jika misalnya kita “Api” dan tidak sadar bahwa kita
“Api”, mungkin kita justru akan mencari bensin dan membuat segala
sesuatunya ‘terbakar’. Sebaliknya pemahaman diri yang kurang itu sifat
kekanakan yang utama, seringnya merespon dengan cara yang justru membuat
segala sesuatunya menjadi semakin buruk. Jadi langkah pertama untuk
belajar menjadi dewasa adalah dengan berusaha memiliki pemahaman diri
yang baik.
Menahan
diri adalah salah satu hal paling bagus yang bisa dilakukan manusia.
Bahkan ada ritual yang diwajibkan dan itu fokus untuk menahan diri :
Puasa. Apa esensi dari puasa? Apakah sekedar menahan lapar dan haus?
Tentu saja tidak. Esensi puasa adalah menahan hawa dan nafsu dan cakupan
dari hawa dan nafsu itu luas. Contoh umum misalnya marah, orang menjadi
marah kalau tidak bisa menahan emosi. Dengan kata lain kegagalan dalam
menahan emosi. Dan solusi supaya seseorang menjadi tidak pemarah adalah
sering-sering belajar menahan emosinya. Menahan diri, kami menyebutnya
lebih menyerupai seperti ‘olahraga’ yaitu sesuatu yang harus dilatih
dengan kadar sedikit demi sedikit sampai bisa melakukannya dengan baik.
Orang yang dewasa bisa menahan hal-hal yang tidak baik dari dirinya
keluar dan merugikan sekitarnya, sebaliknya bisa hanya memunculkan yang
baik dari dirinya saja dan itu juga baik untuk sekitarnya. Jadi
banyaklah belajar menahan diri, menahan segala sesuatu dari diri kita
yang itu sumbernya dari hawa dan nafsu kita karena itu pasti negatif.
Bicara itu perlu, tapi banyak berbicara yang tidak ada isinya dan tidak
ada manfaatnya akan terlalu berlebihan. Jadi kita punya hak berbicara
tapi sebaiknya menahan diri untuk bicara hanya yang baik dan ada
manfaatnya saja. Makan itu perlu tapi kalau tidak menahan diri kita akan
sering makan sesuatu yang tidak ada manfaatnya untuk tubuh dan juga
keluar banyak biaya. Ada banyak orang yang hobi makan di tempat-tempat
yang mahal. Tapi coba pikirkan apakah yang dimakan itu bermanfaat untuk
tubuh? Dan apakah tidak keluar banyak biaya? Yang dimakan tidak ada
manfaatnya untuk tubuh plus keluar banyak uang. Daripada melakukan itu
simple lebih baik orang yang makan di rumah dengan masakan yang
sederhana, murah tapi higienis dan bermanfaat untuk tubuhnya. Itu
beberapa contoh menahan diri secara positif. Jika seseorang terus
berlatih menahan diri, lama kelamaan dia sanggup menjadi “Master” untuk
dirinya sendiri. Dengan kata lain bisa mengontrol dan mengendalikan
dirinya sendiri. Dan itu pada akhirnya akan memunculkan kemampuan untuk
mengalahkan salah satu musuh besar manusia yaitu egonya sendiri.
- Mempunyai Kemampuan Meredam Dan Memanage Ego
Dalam
banyak hal sebenarnya individu dalam hati menyadari hal-hal yang harus
disadarinya. Sering terjadi yang menghambat dan membuat segala sesuatu
semakin buruk adalah Ego. Bisa dikatakan Ego adalah faktor penghambat
terbesar untuk kita menjadi dewasa. Kedewasaan dan Ego adalah musuh
bebuyutan. Selama kita belum bisa meredam dan memanage ego, kita belum
akan bisa menjadi dewasa. Sebaliknya pribadi yang dewasa sudah mempunyai
kesadaran disaat
tanda-tanda ego
muncul di dalam dirinya. Kemudian sanggup meredam dan memanage egonya
sendiri supaya itu tidak berbenturan dengan individu lain. Pribadi yang
dewasa menganggap meredam dan memanage ego adalah tanggung jawab sebagai
individu. Karena sadar itu bisa menimbulkan masalah, benturan atau
konflik, memperburuk situasi dan menimbulkan masalah-masalah yang tidak
perlu.
- Bisa Memposisikan Diri Dengan Baik
Bentuk
kedewasaan yang lain yaitu bisa memposisikan diri dengan baik. Paham
dirinya sedang berada dimana, bagaimana konteksnya, dimana
batasan-batasannya dan apa hak dan kewajibannya. Itu semua terjadi
secara alami muncul dari dirinya tanpa diberitahu atau dinasehati (
Sadar dengan sendirinya ). Contoh konkritnya begini, seseorang menjadi
pegawai di sebuah perusahaan. Di satu sisi dia merasakan beberapa
keluhan tentang sistem atau kenyamanan tempatnya bekerja kemudian
mempunyai beberapa keinginan atas hal itu. Darisitu dia ingin
menyampaikan keinginannya itu ke atasan atau siapapun yang berwenang
membuat keputusan untuk hal itu. Tapi di dalam menyampaikan keinginan
itu sudah dibarengi dengan beberapa kesadaran misalnya :
– Saya mempunyai keinginan dan berhak untuk didengarkan.
–
Di sisi lain ada individu-individu lain di tempat saya bekerja dan
mereka mempunyai hak yang sama. Maka dari itu saya harus bersedia
bernegosiasi dan berkompromi untuk mencari titik temu dengan
keinginan-keinginan yang berbeda.
–
Karena hak saya juga dibatasi oleh hak orang lain, saya harus bisa
menerima seandainya tidak semua keinginan saya bisa diakomodir demi
untuk kebaikan bersama.
– Saya berhak
menyampaikan keinginan dan pendapat tapi atasan saya berhak membuat
keputusan. Jika ternyata keputusannya tidak sesuai dengan keinginan saya
maka saya juga harus bisa menerima itu ( Tidak dendam, emosi, merajuk
dsb ).
– Jika ternyata keputusan
perusahaan tidak sejalan dengan keinginan saya, saya harus bisa menerima
dan menghormati itu. Tapi kalaupun saya tidak bisa menerima maka saya
harus memahami bahwa itu menjadi masalah saya pribadi, menjadi dealing
saya dengan diri saya sendiri dan pointnya adalah saya tidak bisa
membuat segala sesuatu terjadi seperti keinginan saya.
Itulah
contoh situasi dari kedewasaan dalam bentuk bisa memposisikan diri.
Mungkin anda berfikir itu contoh yang terlalu sempurna dan yang banyak
terjadi tidak seperti itu. Itu benar seperti yang sudah kami sampaikan
bahwa manusia tidak sempurna. Tapi pribadi yang dewasa kesadarannya
dalam memposisikan diri setidaknya sudah mencakup area yang lebih luas.
Kita asumsikan ada 5 point yang harus disadari, dia sadar 4 point. Dan
meskipun ada point yang dia belum sadar, tapi untuk pribadi yang dewasa
tidak sulit untuk membuatnya sadar tentang itu. Dialog dan upaya untuk
membuatnya sadar itu akan minimal. Hal ini berhubungan dengan point
selanjutnya…
Mudah
dibuat mengerti, dengan kata lain tidak keras kepala dan tidak kepala
batu. Bersedia beradaptasi untuk mencari sudut pandang yang tepat supaya
dirinya bisa melihat sesuatu secara proporsional. Jika ada
kesalahpahaman, mudah untuk dijelaskan atau diluruskan. Jika melakukan
kesalahan, mudah untuk memahami kesalahannya dan mudah untuk meminta
maaf. Jika orang lain yang melakukan kesalahan, mudah untuk memaklumi
dan memaafkan. Orang yang kita tidak butuh mengeluarkan banyak upaya dan
energi untuk membuat dia mengerti dan memahami sesuatu hal, suatu
kondisi atau suatu masalah. Mudah diajak bicara dan diskusi untuk
hal-hal yang sifatnya menuju titik temu. Tidak perlu harus selalu ribut
dan bertengkar untuk mencari titik temu dari situasi-situasi yang ada.
- Melihat Dan Menyimpulkan Sesuatu Secara Imbang Dan Proporsional
Bentuk
kedewasaan yang lain adalah melihat dan menyimpulkan sesuatu secara
bijak, sabar, imbang, di tengah-tengah dan proporsional. Seperti apakah
sikap kekanakan itu? Salah satunya adalah melihat dan menyimpulkan
sesuatu secara kebablasan, kalau gak bablas ke ‘kiri’ ya bablas ke
‘kanan’. Tidak bisa imbang atau di tengah-tengah. Ini adalah akibat dari
melihat dan menyimpulkan sesuatu masih dengan emosi. Situasi dilihat
dan disimpulkan sekedar supaya sesuai keinginan dan bukan bagaimana dari
sisi yang seharusnya( atau sisi yang benar ). Jadi sikap dewasa adalah
kebalikan dari itu.
Contoh situasinya
begini, untuk orang yang masih kekanakan jika melakukan kesalahan akan
sulit untuk diingatkan dengan tanpa menimbulkan masalah, atau dengan
tanpa dia menyimpulkan teguran yang diberikan kepada dirinya ‘keluar’
dari proporsi yang seharusnya. Teguran yang disampaikan kepada dirinya,
sulit untuk menemui ‘sasaran’ karena itu diartikan bablas ke satu sisi
atau sisi yang lainnya. Dan seringnya itu cuma karena ingin menghindar
dari kesalahan. Efeknya adalah hal yang simple jadi rumit, bahkan untuk
diri sendiri. Orang dengan sikap kekanakan menjadi pribadi yang sulit
untuk diajak bicara untuk mencari titik temu.
Sebaliknya
orang dengan sikap dewasa misal dia melakukan kesalahan, sebuah teguran
yang tepat akan mudah menemui sasaran dengan tanpa menimbulkan efek
yang tidak perlu. Pribadi yang dewasa bisa menerima teguran yang
beralasan dengan bijak dan proporsional, sekaligus dengan tanpa harus
merasa rendah diri atau merasa diri buruk. Teguran itu direspon secara
positif dan tepat dan juga teguran tidak diartikan keluar dari
proporsinya hanya karena ingin mengelak dari kesalahan.
- Selalu Bersedia ‘Menyisakan’ Ruang Untuk Titik Temu
Apakah
orang yang dewasa tidak bisa salah paham dan tidak bisa mempunyai
masalah dengan orang lain? Tentu saja bisa karena sedewasa apapun
seseorang tetap saja masih manusia biasa, dengan segala sifat yang
manusiawi. Tapi perbedaannya, jika orang yang dewasa salah paham atau
punya masalah dengan orang lain, dia bersedia menyisakan ruang untuk
terjadinya titik temu. Meskipun mungkin sudah menyimpulkan sesuatu tapi
masih bisa ditawar atau di ‘nego’ supaya ada jalan tengah atau titik
temu dengan pihak lain. Untuk apapun yang sudah disimpulkannya, masih
bersedia mendengar dan berpikiran terbuka supaya terjadi titik temu.
Semua orang bisa salah paham dan mempunyai masalah dengan orang lain,
kedewasaan adalah pembeda dalam bagaimana menyikapi hal tersebut. Jika
terjadi masalah, sikap dewasa adalah sikap yang mendukung terwujudnya
titik temu, jalan keluar dan penyelesaian masalah.
- Melihat Situasi Dalam Bentuk Pilihan Atau Opsi-Opsi
Kedewasaan
adalah juga suatu kondisi disaat di dalam diri kita sudah muncul
kemampuan untuk memilah sikap dan respon dalam bentuk opsi-opsi.
Kemudian mempertimbangkan masing-masing opsi dan memilih salah satu opsi
yang dianggap terbaik sebagai SIKAP atau RESPON.
Jadi
sebaliknya, Kekanakan adalah kondisi dimana “Sikap” dan “Respon” masih
sebuah hal yang impulsif begitu saja muncul dari diri tanpa disadari dan
dikendalikan.
SEKIAN.