Senin, 01 Februari 2016

KEDEWASAAN SESEORANG

ARTI KEDEWASAAN DIRI SESEORANG: 

Kedewasaan dan sikap yang dewasa adalah hal yang sangat penting untuk dimiliki setiap individu. Sebaliknya sikap kekanakan adalah sumber dari banyak masalah dalam pergaulan atau kehidupan sosial. Kedewasaan adalah sebuah kondisi diri dan sikap yang bisa menyelesaikan banyak masalah dan menjadikannya selaras dengan sekitarnya. Bahkan kedewasaan bisa mencegah timbulnya masalah dalam pergaulan dan kehidupan sosial. Bisa dikatakan, dunia akan menjadi tempat yang lebih baik jika masing-masing individu bisa bersikap lebih dewasa dalam segala hal.
Kedewasaan adalah hal yang sangat penting, tapi apakah kita pernah benar-benar berfikir apa sebenarnya arti Kedewasaan dan bagaimana bersikap dewasa ? Mari kita membahasnya…
pribadi dewasa
Menurut pendapat kami arti Kedewasaan adalah :
  • Memiliki Kesadaran Yang Lebih Tentang Hal-Hal
Kedewasaan biasanya pertama kali muncul dalam bentuk kesadaran yang lebih tentang hal-hal. Kesadaran yang mencakup hal yang lebih luas dan menyeluruh dalam hidup. Orang yang dewasa sadar apa yang dikatakannya, apa yang dilakukannya, apa yang terjadi dalam dirinya, apa yang sedang terjadi di sekitarnya, apa yang terjadi pada orang lain, apa masalah yang mungkin timbul dari hal yang sedang terjadi dsb. Meskipun manusia tidak sempurna dan tidak mungkin bagi seseorang untuk sadar 100% tentang semua hal, tapi pribadi yang dewasa mempunyai kesadaran tentang hal-hal setidaknya dengan cakupan yang lebih luas dan dalam daripada orang pada umumnya. Karena kesadaran sudah muncul, pribadi yang dewasa akan mudah untuk diajak berdiskusi, dealing untuk suatu hal dan juga mudah untuk diajak menyelesaikan masalah yang ada. Easy to deal with person.
  • Memiliki Pemahaman Diri Yang Baik
Kedewasaan yang utama adalah memiliki pemahaman diri yang baik. Dan ini mencakup memahami apa kelebihan kita, apa kekurangan kita, apa sisi dalam diri kita yang perlu dibenahi dan dirubah. Kemudian merespon berdasarkan kebutuhan yang bersumber dari pemahaman diri tersebut. Misalnya, jika merasa dan memahami bahwa diri kurang religius kemudian mendekat dan bergaul dengan orang-orang yang lebih religius. Supaya diri terbantu untuk bisa menjadi lebih religius. Jika paham diri kurang sabar maka mendekat dan bergaul dengan orang-orang yang lebih sabar. Jika paham diri egois maka bergaul dengan orang-orang yang lebih toleran dsb. Pemahaman diri yang baik sangat krusial karena itu membuat kita merespon dengan cara yang membaikkan diri kita dan bukan sebaliknya. Ibarat misal kita paham diri kita adalah “Api”, kita mencari “Air” untuk menetralisir. Tapi jika misalnya kita “Api” dan tidak sadar bahwa kita “Api”, mungkin kita justru akan mencari bensin dan membuat segala sesuatunya ‘terbakar’. Sebaliknya pemahaman diri yang kurang itu sifat kekanakan yang utama, seringnya merespon dengan cara yang justru membuat segala sesuatunya menjadi semakin buruk. Jadi langkah pertama untuk belajar menjadi dewasa adalah dengan berusaha memiliki pemahaman diri yang baik.
  • Bagus Dalam Menahan Diri
Menahan diri adalah salah satu hal paling bagus yang bisa dilakukan manusia. Bahkan ada ritual yang diwajibkan dan itu fokus untuk menahan diri : Puasa. Apa esensi dari puasa? Apakah sekedar menahan lapar dan haus? Tentu saja tidak. Esensi puasa adalah menahan hawa dan nafsu dan cakupan dari hawa dan nafsu itu luas. Contoh umum misalnya marah, orang menjadi marah kalau tidak bisa menahan emosi. Dengan kata lain kegagalan dalam menahan emosi. Dan solusi supaya seseorang menjadi tidak pemarah adalah sering-sering belajar menahan emosinya. Menahan diri, kami menyebutnya lebih menyerupai seperti ‘olahraga’ yaitu sesuatu yang harus dilatih dengan kadar sedikit demi sedikit sampai bisa melakukannya dengan baik. Orang yang dewasa bisa menahan hal-hal yang tidak baik dari dirinya keluar dan merugikan sekitarnya, sebaliknya bisa hanya memunculkan yang baik dari dirinya saja dan itu juga baik untuk sekitarnya. Jadi banyaklah belajar menahan diri, menahan segala sesuatu dari diri kita yang itu sumbernya dari hawa dan nafsu kita karena itu pasti negatif. Bicara itu perlu, tapi banyak berbicara yang tidak ada isinya dan tidak ada manfaatnya akan terlalu berlebihan. Jadi kita punya hak berbicara tapi sebaiknya menahan diri untuk bicara hanya yang baik dan ada manfaatnya saja. Makan itu perlu tapi kalau tidak menahan diri kita akan sering makan sesuatu yang tidak ada manfaatnya untuk tubuh dan juga keluar banyak biaya. Ada banyak orang yang hobi makan di tempat-tempat yang mahal. Tapi coba pikirkan apakah yang dimakan itu bermanfaat untuk tubuh? Dan apakah tidak keluar banyak biaya? Yang dimakan tidak ada manfaatnya untuk tubuh plus keluar banyak uang. Daripada melakukan itu simple lebih baik orang yang makan di rumah dengan masakan yang sederhana, murah tapi higienis dan bermanfaat untuk tubuhnya. Itu beberapa contoh menahan diri secara positif. Jika seseorang terus berlatih menahan diri, lama kelamaan dia sanggup menjadi “Master” untuk dirinya sendiri. Dengan kata lain bisa mengontrol dan mengendalikan dirinya sendiri. Dan itu pada akhirnya akan memunculkan kemampuan untuk mengalahkan salah satu musuh besar manusia yaitu egonya sendiri.
  • Mempunyai Kemampuan Meredam Dan Memanage Ego
Dalam banyak hal sebenarnya individu dalam hati menyadari hal-hal yang harus disadarinya. Sering terjadi yang menghambat dan membuat segala sesuatu semakin buruk adalah Ego. Bisa dikatakan Ego adalah faktor penghambat terbesar untuk kita menjadi dewasa. Kedewasaan dan Ego adalah musuh bebuyutan. Selama kita belum bisa meredam dan memanage ego,  kita belum akan bisa menjadi dewasa. Sebaliknya pribadi yang dewasa sudah mempunyai kesadaran disaat tanda-tanda ego muncul di dalam dirinya. Kemudian sanggup meredam dan memanage egonya sendiri supaya itu tidak berbenturan dengan individu lain. Pribadi yang dewasa menganggap meredam dan memanage ego adalah tanggung jawab sebagai individu. Karena sadar itu bisa menimbulkan masalah, benturan atau konflik, memperburuk situasi dan menimbulkan masalah-masalah yang tidak perlu.
  • Bisa Memposisikan Diri Dengan Baik
Bentuk kedewasaan yang lain yaitu bisa memposisikan diri dengan baik. Paham dirinya sedang berada dimana, bagaimana konteksnya, dimana batasan-batasannya dan apa hak dan kewajibannya. Itu semua terjadi secara alami muncul dari dirinya tanpa diberitahu atau dinasehati ( Sadar dengan sendirinya ). Contoh konkritnya begini, seseorang menjadi pegawai di sebuah perusahaan. Di satu sisi dia merasakan beberapa keluhan tentang sistem atau kenyamanan tempatnya bekerja kemudian mempunyai beberapa keinginan atas hal itu. Darisitu dia ingin menyampaikan keinginannya itu ke atasan atau siapapun yang berwenang membuat keputusan untuk hal itu. Tapi di dalam menyampaikan keinginan itu sudah dibarengi dengan beberapa kesadaran misalnya :
– Saya mempunyai keinginan dan berhak untuk didengarkan.
– Di sisi lain ada individu-individu lain di tempat saya bekerja dan mereka mempunyai hak yang sama. Maka dari itu saya harus bersedia bernegosiasi dan berkompromi untuk mencari titik temu dengan keinginan-keinginan yang berbeda.
– Karena hak saya juga dibatasi oleh hak orang lain, saya harus bisa menerima seandainya tidak semua keinginan saya bisa diakomodir demi untuk kebaikan bersama.
– Saya berhak menyampaikan keinginan dan pendapat tapi atasan saya berhak membuat keputusan. Jika ternyata keputusannya tidak sesuai dengan keinginan saya maka saya juga harus bisa menerima itu ( Tidak dendam, emosi, merajuk dsb ).
– Jika ternyata keputusan perusahaan tidak sejalan dengan keinginan saya, saya harus bisa menerima dan menghormati itu. Tapi kalaupun saya tidak bisa menerima maka saya harus memahami bahwa itu menjadi masalah saya pribadi, menjadi dealing saya dengan diri saya sendiri dan pointnya adalah saya tidak bisa membuat segala sesuatu terjadi seperti keinginan saya.
Itulah contoh situasi dari kedewasaan dalam bentuk bisa memposisikan diri. Mungkin anda berfikir itu contoh yang terlalu sempurna dan yang banyak terjadi tidak seperti itu. Itu benar seperti yang sudah kami sampaikan bahwa manusia tidak sempurna. Tapi pribadi yang dewasa kesadarannya dalam memposisikan diri setidaknya sudah mencakup area yang lebih luas. Kita asumsikan ada 5 point yang harus disadari, dia sadar 4 point. Dan meskipun ada point yang dia belum sadar, tapi untuk pribadi yang dewasa tidak sulit untuk membuatnya sadar tentang itu. Dialog dan upaya untuk membuatnya sadar itu akan minimal. Hal ini berhubungan dengan point selanjutnya…
  • Mudah Dibuat Mengerti
Mudah dibuat mengerti, dengan kata lain tidak keras kepala dan tidak kepala batu. Bersedia beradaptasi untuk mencari sudut pandang yang tepat supaya dirinya bisa melihat sesuatu secara proporsional. Jika ada kesalahpahaman, mudah untuk dijelaskan atau diluruskan. Jika melakukan kesalahan, mudah untuk memahami kesalahannya dan mudah untuk meminta maaf. Jika orang lain yang melakukan kesalahan, mudah untuk memaklumi dan memaafkan. Orang yang kita tidak butuh mengeluarkan banyak upaya dan energi untuk membuat dia mengerti dan memahami sesuatu hal, suatu kondisi atau suatu masalah. Mudah diajak bicara dan diskusi untuk hal-hal yang sifatnya menuju titik temu. Tidak perlu harus selalu ribut dan bertengkar untuk mencari titik temu dari situasi-situasi yang ada.
  • Melihat Dan Menyimpulkan Sesuatu Secara Imbang Dan Proporsional
Bentuk kedewasaan yang lain adalah melihat dan menyimpulkan sesuatu secara bijak, sabar, imbang, di tengah-tengah dan proporsional. Seperti apakah sikap kekanakan itu? Salah satunya adalah melihat dan menyimpulkan sesuatu secara kebablasan, kalau gak bablas ke ‘kiri’ ya bablas ke ‘kanan’. Tidak bisa imbang atau di tengah-tengah. Ini adalah akibat dari melihat dan menyimpulkan sesuatu masih dengan emosi. Situasi dilihat dan disimpulkan sekedar supaya sesuai keinginan dan bukan bagaimana dari sisi yang seharusnya( atau sisi yang benar ). Jadi sikap dewasa adalah kebalikan dari itu.
Contoh situasinya begini, untuk orang yang masih kekanakan jika melakukan kesalahan akan sulit untuk diingatkan dengan tanpa menimbulkan masalah, atau dengan tanpa dia menyimpulkan teguran yang diberikan kepada dirinya ‘keluar’ dari proporsi yang seharusnya. Teguran yang disampaikan kepada dirinya, sulit untuk menemui ‘sasaran’ karena itu diartikan bablas ke satu sisi atau sisi yang lainnya. Dan seringnya itu cuma karena ingin menghindar dari kesalahan. Efeknya adalah hal yang simple jadi rumit, bahkan untuk diri sendiri. Orang dengan sikap kekanakan menjadi pribadi yang sulit untuk diajak bicara untuk mencari titik temu.
Sebaliknya orang dengan sikap dewasa misal dia melakukan kesalahan, sebuah teguran yang tepat akan mudah menemui sasaran dengan tanpa menimbulkan efek yang tidak perlu. Pribadi yang dewasa bisa menerima teguran yang beralasan dengan bijak dan proporsional, sekaligus dengan tanpa harus merasa rendah diri atau merasa diri buruk. Teguran itu direspon secara positif dan tepat dan juga teguran tidak diartikan keluar dari proporsinya hanya karena ingin mengelak dari kesalahan.
  • Selalu Bersedia ‘Menyisakan’ Ruang Untuk Titik Temu
Apakah orang yang dewasa tidak bisa salah paham dan tidak bisa mempunyai masalah dengan orang lain? Tentu saja bisa karena sedewasa apapun seseorang tetap saja masih manusia biasa, dengan segala sifat yang manusiawi. Tapi perbedaannya, jika orang yang dewasa salah paham atau punya masalah dengan orang lain, dia bersedia menyisakan ruang untuk terjadinya titik temu. Meskipun mungkin sudah menyimpulkan sesuatu tapi masih bisa ditawar atau di ‘nego’ supaya ada jalan tengah atau titik temu dengan pihak lain. Untuk apapun yang sudah disimpulkannya, masih bersedia mendengar dan berpikiran terbuka supaya terjadi titik temu. Semua orang bisa salah paham dan mempunyai masalah dengan orang lain, kedewasaan adalah pembeda dalam bagaimana menyikapi hal tersebut. Jika terjadi masalah, sikap dewasa adalah sikap yang mendukung terwujudnya titik temu, jalan keluar dan penyelesaian masalah.

  • Melihat Situasi Dalam Bentuk Pilihan Atau Opsi-Opsi 
Kedewasaan adalah juga suatu kondisi disaat di dalam diri kita sudah muncul kemampuan untuk memilah sikap dan respon dalam bentuk opsi-opsi. Kemudian mempertimbangkan masing-masing opsi dan memilih salah satu opsi yang dianggap terbaik sebagai SIKAP atau RESPON.
Jadi sebaliknya, Kekanakan adalah kondisi dimana “Sikap” dan “Respon” masih sebuah hal yang impulsif begitu saja muncul dari diri tanpa disadari dan dikendalikan.
SEKIAN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar